Berdasarkan dugaan sementara, kopilot muda pesawat Germanwings penerbangan 9525, Andreas Lubitz (28), sengaja mencegah pilot utama masuk kembali dan mengurung dirinya di dalam kokpit untuk kemudian menabrakkan pesawat beserta 150 orang, termasuk dirinya sendiri, ke Pegunungan Alpen.
Namun, hingga sekarang, jaksa penyelidik menyatakan masih belum tahu motif sebenarnya kopilot Lubitz mengunci sang pilot utama di luar kokpit, mematikan fungsi pilot otomatis, dan menurunkan ketinggian dari 11.500 meter ke 1.882 meter dalam 10 menit.
Skenario yang diungkap pihak jaksa dalam jumpa pers, Kamis (26/3) waktu setempat, itu langsung mengguncang dunia penerbangan. Hanya berselang beberapa jam dari pengumuman itu, sejumlah maskapai penerbangan merespons dengan mengubah aturan mereka.
Maskapai-maskapai penerbangan itu membuat aturan baru yang mengharuskan setidaknya selalu ada kru kedua di dalam kokpit pesawat setiap waktu. Aturan baru itu sebenarnya sudah lama diterapkan oleh maskapai penerbangan Amerika Serikat, tetapi belum dilakukan di Eropa.
Maskapai yang mengubah aturannya antara lain maskapai penerbangan asal Kanada, Easy Jet, Norwegian Air Shuttle, dan Air Berlin.
Maskapai Germanwings memang diketahui tidak menerapkan prosedur itu walau saat ini tekanan banyak pihak di media sosial tampak memaksa anak perusahaan Lufthansa itu juga mengubah regulasinya.
Otoritas Perancis dan Jerman memastikan Lubitz tak terindikasi sebagai pelaku teroris atau anggota kelompok ekstrem tertentu.
Akan tetapi, pada saat bersamaan, kedua belah pihak juga tidak bisa mengemukakan teori lain terkait kemungkinan apa yang menyebabkan atau memicu Lubitz bertindak senekat itu.
Sejumlah rekan kerja Lubitz menggambarkan kopilot itu sebagai pemuda yang ramah dan sopan serta tak terlihat menunjukkan tanda-tanda akan melakukan sesuatu yang menyakiti orang lain.
"Apa yang dilakukan Lubitz sampai sekarang masih belum bisa kami ketahui dan masih terus akan kami dalami. Namun, ada hal tertentu yang pastinya membuat dia melakukan semua itu (menabrakkan pesawat)," ujar jaksa penyelidik Marseille, Brice Robin.
Robin menambahkan, langkah menurunkan ketinggian pesawat secara cepat seperti itu hanya bisa dilakukan secara sadar.
Lubitz, lanjutnya, sama sekali tak punya alasan kuat, baik untuk mencegah pilot utama masuk ke dalam kokpit maupun menolak merespons peringatan petugas menara pengawas yang mengetahui pesawat kehilangan ketinggian secara cepat.
"Dalam rekaman kotak hitam terdengar, pilot yang sebelumnya keluar kokpit-kemungkinan ke toilet-berusaha memaksa masuk kembali. Anda dapat mendengarnya mencoba mendobrak pintu. Kebanyakan penumpang sama sekali tak menyadari apa yang terjadi sampai saat terakhir. Mereka terdengar berteriak sesaat sebelum pesawat menghantam gunung," tutur Robin.
Setelah tragedi serangan teroris 11 September 2001 di Amerika Serikat, pintu kokpit pesawat sebenarnya bisa dibuka dari luar dengan terlebih dahulu memasukkan kode tertentu. Akan tetapi, kode itu masih bisa dibatalkan atau ditolak dari dalam kokpit.
Bukan bunuh diri
Robin mengatakan tak mau menggunakan istilah "bunuh diri" dalam menggambarkan tindakan yang dilakukan Lubitz. Dengan mengikutsertakan kematian ratusan orang lain, ia menyebut hal itu sama sekali bukan tindakan bunuh diri.
"Seseorang tak berhak mengakhiri hidup ratusan orang lain dan keluarganya," ujar Esteban Rodriguez, pekerja Spanyol yang dua rekannya tewas dalam kejadian tersebut.
Kepala sekolah menengah atas Jerman, yang 16 murid dan 2 gurunya ikut menjadi korban dalam peristiwa itu, sangat terpukul mendengar penjelasan bahwa kopilot pesawatlah yang menabrakkan pesawat ke gunung. Keterangan itu, menurut dia, jauh lebih buruk daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Kanselir Jerman Angela Merkel kepada wartawan bahkan menyebut temuan terbaru terkait tindakan kopilot itu sebagai dimensi baru yang sama sekali tak bisa dipahami bisa terjadi.
Jaksa penyelidik Robin juga memastikan pihak keluarga Lubitz telah tiba di Perancis bersama-sama dengan keluarga korban lain. Akan tetapi, keberadaan mereka sengaja dipisahkan.
Dari kota Montabaur, Jerman, dilaporkan, aparat kepolisian setempat dan otoritas terkait terus menyelidiki dan memeriksa sejumlah barang bukti pribadi Lubitz. Mereka membawa keluar tas besar warna biru dan perangkat komputer dari rumah tinggal keluarga Lubitz, lalu menyegel bangunan itu.
"Saya tak bisa berkata apa-apa. Saya tak punya penjelasan apa pun tentang hal ini. Kenyataan bahwa saya pernah mengenal Andreas (Lubitz) sama sekali tak pernah saya bayangkan," ujar Peter Ruecker, anggota lama klub penerbangan tempat Lubitz pertama kali mendapatkan lisensi terbang beberapa tahun lalu.
Menurut Ruecker, Lubitz sama seperti anak-anak lain di kota itu. Dia anak yang menyenangkan walau kadang sedikit pendiam.
Saat ini, foto Lubitz, yang diambil dari akun Facebook miliknya, tengah beredar di dunia maya. Dalam foto itu, Lubitz duduk berpose sambil tersenyum dengan latar belakang jembatan Golden Gate di San Franscisco, Amerika Serikat.
Penyelidik saat ini juga masih terus mencari kotak hitam kedua di lokasi jatuhnya pesawat. Kotak hitam kedua itu berisi data dari instrumen-instrumen pesawat.
Sumber : Kompas/BBC
0 komentar:
Post a Comment